A.
Memperbanyak puasa di sembilan hari pertama.
Dianjurkan
memperbanyak puasa di sembilan hari bulan Dzulhijjah. Terutama puasa hari
arafah, tanggal 9 Dzulhijjah. Abu Qatadah radliallahu ‘anhu meriwayatkan
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفّر السنة التي قبله
، والسنة التي بعده
“…puasa hari
arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai penebus
(dosa, pen.) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya..” (HR. Ahmad dan Muslim).
Demikian
juga keumuman hadis yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah. Disamping itu, terdapat keterangan khusus dari Ummul Mukminin,
Hafshah radliallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaksanakan puasa asyura, sembilan hari pertama Dzulhijjah, dan tiga hari tiap
bulan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan Al-Albani).
B.
mengucapkan takbir (takbiran).
Takbiran di
bulan Dzulhijjah ada dua:
1. Takbiran hari raya yang tidak terikat waktu adalah takbiran yang dilakukan kapan saja dan dimana saja, selama masih dalam rentang waktu yang dibolehkan.
1. Takbiran hari raya yang tidak terikat waktu adalah takbiran yang dilakukan kapan saja dan dimana saja, selama masih dalam rentang waktu yang dibolehkan.
2. Takbir mutlak menjelang Idul Adha
dimulai sejak tanggal 1 Dzulhijjah sampai waktu asar pada tanggal 13
Dzulhijjah. Selama tanggal 1 – 13 Dzulhijjah, kaum musliM disyariatkan
memperbanyak ucapan takbir di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja.
Boleh sambil berjalan, di kendaraan, bekerja, berdiri, duduk, ataupun
berbaring. demikian pula, takbiran ini bisa dilakukan di rumah, jalan, kantor,
sawah, pasar, lapangan, masjid, dst.
Dalilnya adalah:
Dalilnya adalah:
Pertama, Allah berfirman,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“…supaya
mereka berzikir (menyebut) nama Allah pada hari yang telah ditentukan…” (QS. Al-Hajj: 28).
Kedua, Allah
juga berfirman:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“….Dan
berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang…” (QS. Al-Baqarah: 203).
Keterangan:
Keterangan:
Ibn Abbas
mengatakan,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ
الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ
“Yang
dimaksud “hari yang telah ditentukan” adalah tanggal 1 – 10 Dzulhijjah,
sedangkan maksud ”beberapa hari yang berbilang” adalah hari tasyriq, tanggal
11, 12, dan 13 Dzulhijjah. (Al-Bukhari secara Mua’alaq, Bab: Keutamaan
beramal di hari tasyriq).
Ketiga, hadis dari Abdullah bin Umar ,
bahwa Nabi bersabda,
ما من أيام أعظم عند الله ولا أحب إليه من العمل فيهن من
هذه الأيام العشر فاكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد
“Tidak ada
amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi
amal yang dilakukan pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu,
perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” (HR. Ahmad dan
Sanadnya dishahihkan Syekh Ahmad Syakir).
Keempat, Imam Al Bukhari mengatakan,
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى
السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ
بِتَكْبِيرِهِمَا
“Dulu Ibn
Umar dan Abu Hurairah pergi ke pasar pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Mereka
berdua mengucapkan kalimat takbir kemudian orang-orang pun bertakbir disebabkan
mendengar takbir mereka berdua.” (HR. Al Bukhari, Bab: Keutamaan beramal di
hari tasyriq).
Takbiran
yang terikat waktu (Takbir Muqayyad)
Takbiran yang terikat waktu adalah takbiran yang dilaksanakan setiap selesai melaksanakan salat wajib. Takbiran ini dimulai sejak setelah salat subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah salat asar tanggal 13 Dzulhijjah. Berikut dalil-dalilnya:
Takbiran yang terikat waktu adalah takbiran yang dilaksanakan setiap selesai melaksanakan salat wajib. Takbiran ini dimulai sejak setelah salat subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah salat asar tanggal 13 Dzulhijjah. Berikut dalil-dalilnya:
Pertama, dari Umar bin Khattab radliallahu
‘anhu,
أنه كان يكبر من صلاة الغداة يوم عرفة إلى صلاة الظهر من
آخر أيام التشريق
Bahwa Umar
dulu bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah
zuhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi dan sanadnya
disahihkan Al-Albani).
Kedua, dari Ali bin Abi Thalib radliallahu
‘anhu,
أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى صلاة العصر من
آخر أيام التشريق، ويكبر بعد العصر
Bahwa Ali
bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai asar tanggal 13
Dzulhijjah. Ali juga bertakbir setelah asar. (HR Ibnu Abi Syaibah dan
Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan: Sahih dari Ali).
Ketiga, dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhu,
Ketiga, dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhu,
أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى آخر أيام التشريق،
لا يكبر في المغرب
Bahwa Ibnu
Abbas bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai tanggal 13
Dzulhijjah. Ia tidak bertakbir setelah maghrib (malam tanggal 14 Dzluhijjah).
(HR Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan, “Sanadnya sahih”).
Ketiga, Dari Ibn Mas’ud radliallahu
‘anhu,
يكبر من صلاة الصبح يوم عرفة إلى صلاة العصر من آخر أيام
التشريق
Bahwa Ibnu
Mas’ud bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai asar
tanggal 13 Dzulhijjah. (HR. Al-Hakim dan disahihkan An-Nawawi dalam Al-Majmu’).
C.
Memperbanyak amal salih.
Dari Ibn
Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى
اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ
الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ
« وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ
خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada
hari dimana suatu amal salih lebih dicintai Allah melebihi amal salih yang
dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen.).” Para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi
sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Termasuk
lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan
jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali (mati
dan hartanya diambil musuh, pen.).” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan
At-Turmudzi).
D. Idul
Adha.
Dari Anas
bin Malik radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
قدم رسول الله -صلى الله عليه وسلم- المدينة ولهم يومان يلعبون
فيهما فقال « ما هذان اليومان ». قالوا كنا نلعب فيهما فى الجاهلية. فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- «
إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر ».
Bahwa ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah
memiliki dua hari yang mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya, “Dua hari apakah ini?” Mereka menjawab,
“Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika zaman jahiliyah.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
Allah telah memberikan ganti kepada kalian dengan dua hari yang lebih baik: Idul
Fitri dan Idul Adha.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, dan Ahmad. Disahihkan
Al-Albani).
E.
Berkurban.
Allah
berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Laksanakanlah
salat untuk Rab-mu dan sembelihlah kurban.” (QS. Al-Kautsar: 2).
Dari Abu
Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من كان له سعة ولم يضح فلا يقربن مصلانا
“Siapa yang
memililki kelapangan namun dia tidak berkurban maka jangan mendekat ke masjid
kami.” (HR. Ahmad
dan Ibnu Majah. Dihasankan Al-Albani).
Catatan:
Bagi orang yang hendak berkurban, dilarang memotong kuku dan juga rambutnya
(bukan kuku dan bulu hewannya) ketika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah sampai
dia memotong hewan kurbannya.
Dari Umu salamah radliallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,
Dari Umu salamah radliallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,
مَن كانَ لَهُ ذِبحٌ يَذبَـحُه فَإِذَا أَهَلَّ هِلاَلُ ذِى
الْحِجَّةِ فَلاَ يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا
حَتَّى يُضَحِّىَ
“Barangsiapa
yang memiliki hewan yang hendak dia sembelih (di hari raya), jika sudah masuk
tanggal 1 Dzulhijjah maka janganlah dia memotong rambutnya dan kukunya
sedikitpun, sampai dia menyembelih hewan kurbannya.” (HR. Muslim).
F.
Haji.
Allah
berfirman,
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ
اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
“Kewajiban
bagi manusia kepada Allah, berhaji ke Baitullah, bagi siapa saja yang memiliki
kemampuan untuk melakukan perjalanan” (QS. Ali Imran: 97)
No comments:
Post a Comment